Tanah itu Suci, Bunda
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
“Darinya (tanah) itulah Kami Menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan Mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan Mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.” (Qs. Thaha: 55)
عن جَابِر بْن عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “” أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: …وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا…
Dari Jabir, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Aku diberi lima hal yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun nabi sebelumku: ….. dijadikan untukku bumi/tanah sebagai masjid dan untuk bersuci…”(HR. Bukhari dan Muslim)
Ayat menjelaskan bahwa manusia berasal, dikuburkan dan dihidupkan lagi dari tanah. Sementara yang dimaksud hadits ini adalah bahwa tanah bisa dijadikan untuk bersuci, di antaranya tayammum jika tidak ada air. Juga bisa dijadikan tempat shalat asal tidak di tempat yang dilarang.
Dalam aturan Islam, untuk bersuci air lebih baik dari tanah. Ketika ada air, tidak boleh bersuci dengan tanah. Dan tanah digunakan ketika air tiada. Tapi pada bersuci untuk najis berat, keduanya digunakan; menyucikan bejana dari jilatan anjing. Dicuci tujuh kali, salah satunya menggunakan tanah. Menurut sebagian ulama di antaranya An Nawawi (Al Minhaj) mengatakan: Sabun, Asynan (jenis pohon yang dahulu berfungsi sebagai sabun) atau yang sejenisnya, tidak bisa menggantikan tanah, dalam pendapat yang lebih kuat.
Kata (طهور) yang ada dalam hadits itu berarti suci dan menyucikan.Ia memberi makna bahwa tanah itu suci secara dzat dan bukan najis. Lebih dari itu, ia mampu menyucikan. Itu artinya ia memiliki kekuatan untuk menghilangkan najis dengan semua jenisnya.
Dan ternyata, para ilmuwan hari ini pun mengatakan bahwa unsur paling penting dalam kehidupan setelah air adalah tanah.
Setelah penelitian panjang, para ilmuwan menyimpulkan bahwa tanah, khususnya tanah vulkanik mempunyai kemampuan membunuh kuman sangat kuat dalam waktu 24 jam, di mana jika dibiarkan tanpa tanah kumannya akan berkembang hingga 45 kali lipat. Bahkan Jun Wang peneliti di Merck Research New Jersey mengatakan: Telah hadir kesempatan baru sekarang untuk menghasilkan antibiotik dari tanah! (Lihat kajian ini di kaheel7.com)
Dan masih sangat banyak penelitian para ilmuwan yang menyampaikan tentang manfaat tanah untuk tubuh kita.
Jadi ayah dan bunda, kembalikan hadits di atas ke dalam keluarga kita. Tanah itu suci. Tak hanya itu, tanah menyucikan. Bahkan ia berfungsi sebagai antibiotik. Yang pasti, antibiotik yang satu ini aman dan tak berefek samping. Kesehatan akan meningkat dengan kita menyentuh langsung tanah.
Mengapa kita mudah sakit hari ini. Mungkin kita kuwalat dengan hadits ini. Rasul mengatakan bahwa tanah itu suci dan menyucikan. Kita larang dengan keras anak kita sekadar menginjak tanah atau bermain tanah.
Kalau sekadar kotor, bisa dicuci dan dibersihkan dengan air. Tetapi anak-anak telah mendapatkan kebaikan yang Allah letakkan di tanah. Kalau sekali waktu tertusuk duri atau bahkan berdarah, insya Allah itu hal kecil yang bisa segera diatasi dan semoga mereka telah mendapatkan pengobatan gratis dengan ditusuknya kaki tempat berkumpulnya syaraf seluruh tubuh kita. Husnudzon…
Ayah dan bunda, beri anak-anak kesempatan untuk menginjak tanah Allah yang suci dan menyucikan ini. Kalau mereka sudah terlanjur hidup dengan cara ‘bersih’, suruh mereka melepas ‘kebersihan’ itu untuk ‘berkotor-kotor’ dalam keseharian mereka.
Kita tak perlu penelitian untuk mengambil manfaat dari kebaikan tanah ini. Kita hanya perlu petunjuk Rasulullah.
Tapi tak mengapa, kalau Anda masih belum yakin juga. Mungkin Anda tipe menjadi orangtua yang perlu menghabiskan waktu setahun untuk sekadar meyakinkan diri, seperti DR Haydel salah seorang ilmuwan hari ini. Ia berbagi pengalamannya setelah meneliti hubungan antara tanah dan sel-sel hidup:
Setahun yang lalu saya menganggap bahwa tanah adalah benda yang kotor, tetapi hari ini saya mengatakan bahwa tanah adalah benda yang mampu membersihkan! (Lihat di kaheel7.com)
Kelamaan…!
Penulis: Ustadz Budi Ashari